![]() |
Sunkissed and bestfriends, perfect package. |
Bagi warga (sementara) DKI Jakarta, weekend adalah waktu yang bisa digunakan untuk menjauh dari hiruk-pikuk ibukota. Dari macetnya Jakarta, teriknya matahari, keramaian, polusi, dan hal-hal lainnya yang tak disukai dari Jakarta.
Jakarta sungguh membosankan. Aku akui. Tapi setidaknya masih
banyak teman-teman dekat yang bertebaran disini meskipun harus membuat jadwal
jauh-jauh hari agar bisa melihat wajah satu sama lain yang ujung-ujungnya pun
gagal karena salah satu membatalkan. Ea jadi curhat session.
Perjalanan kali ini hanya seputaran daerah Banten yang ga
terlalu jauh dari Jakarta, yapppp Anyer! Sebuah kecamatan di Kabupaten Serang,
Banten yang letaknya berpuluh-puluh kilometer dari pusat kota. Anyer memiliki
banyak pantai yang terbentang salah satunya ada pantai Pasir Putih, Pantai
Carita, Pantai Karang Bolong, Pantai Sambolo dan masih banyak jenis pantai
lainnya. Awalnya aku memutuskan untuk berlibur ke lampung lagi mumpung kemaren
ada waktu luang sekitar 4 hari tetapi dikarenakan tidak ada yang berminat
menemani kesana, akhirnya rencana pun dibatalkan dan kita banting setir ke
tempat yang lebih deket yakni Anyer. Udah lama memang pengen liburan bareng
temen-temen OJT dan baru kesampean sekarang meskipun ga full team.
Perjalanan ke Anyer kali ini sama seperti perjalananku ke
Anyer sebelumnya, menggunakan transportasi hemat ala backpacker yakni kereta. Sebelum
hari H, kita udah searching penginapan di Anyer melalui situs Trave**ka. Harganya
cukup melonjak tinggi karena kebetulan saat itu sedang musim liburan. Hotel-hotel
yang awalnya bisa didapatkan hanya dengan harga 300-400 ribu berubah menjadi
kisaran 700-800. Kali ini kita memilih hotel dengan pertimbangan bisa menikmati
hal lain selain pantai yakni kolam renang hahahha. Soalnya wisata Anyer
menurutku ga terlalu bagus jadi sekalian pilih hotel yang nyaman biar puas. Saat
itu kita memilih Resort Prima Anyer yang letaknya hampir berdekatan dengan
Pantai Carita. Cukup jauh memang tapi hanya hotel itulah yang sanggup kita sewa
semalam dengan kantong pas-pasan wkwk. Tarif hotelnya per malam sekitar 600
ribuan sedangkan untuk hotel lain di tanggal yang sama tarifnya 800 ke atas. Sebenernya
banyak hotel-hotel yang ga masuk dalam daftar hotel di Traveloka yang lebih
bagus untuk disinggahi tapi ya itu karena males ngubungin hotelnya jadi mending
pesen di situs-situs terjamin aja.
Untuk sampai ke Anyer, kami harus naik KRL terlebih dahulu
tujuan akhir rangkasbitung. Untuk kereta ini, kalian harus tau jam-jam
keberangkatannya karena ada jam-jam tertentu yang melayani perjalanan tanah
abang – rangkasbitung dan disesuaikan dengan jadwal kereta local rangkasbitung
merak karena KA local ini jadwalnya lebih sedikit daripada KRL dan ga selalu
ada. Berikut rincian perjalanan :
1. - KRL Tanah Abang – Rangkasbitung 8000
2. - KA Lokal Rangkasbitung – Krenceng 3000 (inget ya
berenti di stasiun Krenceng karena ini stasiun terdekat ke Anyer)
3. - Naik angkot warna silver tujuan Anyer 15000
Seperti angkot pada umumnya, angkot ke Anyer sering nurunin
penumpang kalo yang naik ga terlalu banyak jadi hati-hati aja. Perjalanan dari
stasiun ke Anyer cukup lama yakni hampir 1 jam karena jaraknya cukup jauh. Bagi
teman-teman yang mungkin kesasar sampe Merak, bisa naik angkot Merah dengan
membayar 10.000 dan berenti di simpang lalu lanjut naik angkot Silver. Sering-sering
nanya aja sih saranku biar ga nyasar. Malu bertanya sesat di jalan kan ?
Setibanya di penginapan, kita istirahat benter dan langsung
ngegas ke kolam renang. Di antara kami bertiga, cuma Agnes doang yang bisa
berenang. Siska pantang menyerah mencoba sekuat tenaga gimana caranya agar dia
bisa ngapung wkwk. Ini nih bikin doi tepar malem hari kecapean karena
terlalu keras berusaha. Setelah berpuas-puasan menyelam di kolam renang, kita
langsung ke pantai. Tapi kali ini ga berenang di pantai karena posisi pantai
deket resort ini banyak karangnya. Jadi kita cuma berenang doang sambil sesekali
foto-foto.
![]() |
Jujur, ini jilbabku lagi ga oke banget |
Yap, malam hari kita KELAPARAN. Sekitar hotel ga ada
restoran, harus naik kendaraan pribadi, lah wong kita aja bermodalkan angkot. Awalnya
pengen pesen makan di hotel, tapi karena harganya cukup mahal, kita pun
keliling sekitaran hotel untuk mencari tempat makan. Akhirnya nemu dengan jarak
hanya 50 meter dari penginapan sebuah rumah makan sederhana yang jual nasi goreng
seafood sueper wuenak dengan harga 30 ribu rupiah. Kita juga mesen kelapa batok
dengan harga 10 ribu. Asli beneran ga nyesel, meskipun tempatnya biasa aja tapi
rasanya ga kalah sama tempat terkenal. Seafoodnya tuh bener-bener seger dan
kelapa batoknya beneran manis padahal ga dicampur apa-apa. Tapi yang bikin
annoying tuh ada mas-mas entah siapanya pemilik rumah makan secara ga langsung
menawarkan dirinya sama kita-kita .
![]() |
Pondokkan |
“Neng teh belum punya suami ?”
“Belum, pak”
“Oh. Saya duda loh.”
“kita masih kuliah pak, semester 7” jawabku. Jangan terlalu
jujur kalo ditanya sama orang asing.
Tanpa apa-apa doi tiba-tiba curhat
“hidup kadang gini ya, kesepian, ga ada istri, coba neng
liat bapak-bapak yang lagi mancing disana, mereka seumuran sama bapak kita loh”
WHAT? Seumuran? Dari bentuk aja udah kayak bapak sama anak
kita mas, jangan ngaku ngaku muda deh wkwk. Karena ga tahan sama pembicaraannya
yang makin ngalor ngidul, kita pun segera bergegas pergi. Temenku si Agnes
nyimpen batu dalam tangannya jaga-jaga kalo orang tadi tiba-tiba berbuat hal
yang tidak diinginkan.
Keesokan harinya kita pada kesiangan karena terlalu
bersemangat kemarin. Kita pun bergegas mandi dan segera naik angkot menuju
Pantai Carita. Kejadian semalam pun terulang kembali. Ada bapak-bapak paruh
baya di dalam angkot entah pikiran kita yang terlalu negative atau apa, tapi
bapak itu ga sopan banget menyenggol kaki kita. Karena kita gatau tempat, jadi
kita bertanya dengan warga local dalam angkot tentang tujuan kita. Dia yang
mendengar sontak menjelaskan panjang lebar sambal nyenggol nyenggol kaki kita. Mungkin
terdengar sedikit berlebihan tapi cukup risih disenggol oleh orang asing
apalagi lawan jenis. Bapaknya juga ngotot nyuruh kita berhenti sesuai yang dia
sarankan. To avoid risk, kita pun segera berhenti biar bebas dari senggolan dan
tatapan menyeramkan si bapak-bapak itu.
Setibanya di pantai Pasir Putih, kita langsung masuk dan
diminta membayar karcis masuk sebesar 15.000. untuk angkot tadi, biayanya
10.000. kayaknya di Anyer ini, kalo deket 10000 kalo jauh 15000 wkwkwwk.
Sesampainya di pantai, tak lupa kita mengabadikan
momen-momen bersama.
Ga kerasa udah siang, kita pun harus bergegas pulang dan
check out dari hotel. Jujur kita ke Anyer hanya membawa uang 300 ribu total
milik kita bertiga karena kita lupa ambil uang wkwk. Atm di anyer sangat jarang
jadi sebaiknya kalian membawa uang cash yang cukup ya.
Kita pun naik angkot menuju stasiun krenceng sambilan
mencari makanan untuk mengisi hasrat kami makan seafood! Akhirnya ketemulah
sebuah rumah makan seafood yang kayaknya berkualitas dan ada atm di sekitar
situ. Namanya Rumah Makan Makassar. Terletak di seberang Sanghyang Hotel and
Resort. Karena kami sangat ngidam seafood, kami pun kalap memesan dalam jumlah
banyak sehingga harus mengeluarkan uang hingga 341.000 hahaha.
Setelah puas memanjakan perut, kami pun pulang. Kereta saat
itu berangkat pukul 15.49 sedangkan kami baru sampe stasiun pukul 15.30 dan
dalam keadaan belum sholat Ashar. Kami pun terburu-buru mencari tempat solat
dan Alhamdulillah ada penjual buah dengan berbaik hati mengizinkan kami solat. Kami
takut ga keburu solat Ashar karena sampe stasiun rangkas bitung pukul 17.40,
sangat mepet maghrib. Tak lama dari kami selesai Sholat, kereta pun nyampe dan
kami langsung masuk menuju rangkas bitung.
Setibanya di rangkasbitung pukul 17.30, kami langsung masuk
KRL. Saat itu kami langsung nge-tag tempat duduk karena takutnya ga dapet tempat
duduk untuk perjalanan yang cukup jauh. Dan rencananya teman saya yang akan
memtop-up kartu KRL di stasiun. Tapi tiba-tiba aja keretanya jalan dan kita
terjebak di dalam kereta tanpa mengisi terlebih dahulu saldo kartu. Awalnya kita
tenang karena kita pikir “ah, paling jaminannya hangus”. Kita pun tiba di
stasiun tanah abang dan dengan santainya men-tap kartu di pintu keluar. Eh,
ternyata kami terkena suplisi karena kami dianggap tidak memiliki karcis naik
kereta. Denda suplisi saat itu 50.000 per orang sehingga kami harus membayar
150.000. tapi ada oknum PT KAI yang menawarkan bantuan agar kami hanya membayar
100.000 saja. Jelas kami tolak mentah-mentah, toh uangnya lari ke kas Negara apa
kas Anda mas ? kami pun muter otak agar kami tidak membayar denda sebesar itu. Dengan
kekuatan hati yang tenang dan pikiran yang jernih, kami pun berhasil keluar
dengan hanya rugi total 26.000 HAHAHAHHA. Padahal saat itu muka si Agnes tegang
banget kayak mau diciduk polisi wkwk dan Siska dengan muka pucat yang
semaksimal mungkin ia berusaha sembunyikan. Wkwkwwkkwwkkwk jangan ditiru yaa
guys, bukan contoh yang baik.